Banjir bandang yang menerjang Desa Batanguru, Kecamatan Sumarorong, Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis lalu, menyisakan duka mendalam bagi para keluarga korban.
Duka itu antara lain terlihat dari sorot mata Wati. Bocah 10 tahun ini meski selamat dari musibah banjir yang memporak-porandakan desanya, namun kehilangan kedua orang tuanya, dua saudara dan neneknya yang tewas dalam musibah ini. Dalam kesakitannya Wati meringis dan sesekali memanggil nama orang tuanya yang tak akan pernah datang menjenguknya.
Wati adalah satu dari dua warga yang ditemukan warga dalam pencarian korban musibah banjir di Desa Batanguru. Ia ditemukan bersama Rambulangi (23) dalam kondisi luka-luka. Sekujur tubuhnya bengkak akibat benturan batu dan hantaman kayu saat hanyut terseret air.
Salah satu korban luka banjir bandang yang menerjang Desa Batanguru, Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis lalu. Banjir membawa duka mendalam bagi sejumlah korban yang kehilangan anak, orang tua dan sanak keluarga.
Wati yang ditemukan di sela-sela batu dan timbunan sampah banjir kini dirawat di Puskesmas Sumarorong, Mamasa bersama Rambulangi. Bocah bungsu dari empat bersaudara ini ditunggui secara bergantian oleh warga yang bersimpati dengan nasibnya. Ssetiap kali Wati menanyakan kedua orang tuanya, para tetangga yang menjaganya berusaha mengalihkan perhatiannya ke masalah lain. Mereka tak sampai hati mengabarkan nasib ayah ibu bocah itu.
"Kedua orang tua termasuk saudaranya tak ada yang selamat. Kalau menagis mencari orang tua dan saudaranya perhatian Wati hanya dialihkan ke hal lain," ujar Albert Allo, kerabat Wati yang menunggu di Puskemas Sumarorong. Karena lelah dengan tangisnya, seringkali Wati tertidur kembali.
Saat ini warga yang masih mencari korban lain, menggunakan rumah Yohanes, salah satu warga yang selamat, menjadi tempat penampungan sementara bagi korban banjir. Puluhan keluarga yang datang ke rumah itu tak kuasa manahan haru menyasikan jejeran tubuh korban sudah tak bernyawa.
0 komentar:
Post a Comment